Apa yang sebenarnya Kucari .....

Mungkin aku akan menambah daftar orang-orang yang tak bisa menikmati malamnya dengan baik. Tidur menjadi sesuatu yang rasanya sulit di lakukan. Aku mulai tak menikmati binar cahaya terakhir yang mengantar katupan kelopak mataku.

Ada banyak hal yang ingin kusampaikan pada malam, hingga waktu terasa tak cukup untuk memberi ruang pada kata-kata yang bicara. Ya, malam telah menjadi teman bercerita yang tak pernah meminta penjelasan apa-apa. Tak membuat kita mencari-cari alasan untuk membenarkan apa yang telah dilakukan.
Itulah malam, mungkin karena itu pula aku merasa nyaman untuk mengikuti perjalanannya yang panjang. Meski aku merasa bersalah pada mata yang terpaksa harus berbagi ruang dengan kantung di bawahnya, khas mata orang kurang tidur.

Apa aku merasa nyaman ? Ini yang sebenarnya menjadi pertanyaan. Tidak, pada satu sisi. Rasa itu datang saat aku merasa tubuhku benar-benar lelah, kejam rasanya membiarkan wadah hidup ini terus bekarja tanpa sedikitpun mendengarkan jeritannya. Tapi, ada hal-hal tertentu yang tak bisa dipaksakan, pikiran yang tak mau diajak pasrah terkapar di atas pembaringan, misalnya. Dia lebih memilih untuk berada di depan kotak kaca yang membentuk gambar sebuah kertas putih dengan coretan yang dijejalkan paksa oleh jemariku yang jahil.

Di sisi lain, aku memang merasa nyaman. Malam membuatku seolah terpisah dengan dunia luar. Aku sendirian di dalam kotak bercat putih dengan berukuran beberapa meter. Satu-satunya akses ke dunia luar hanyalah sekeping jalinan kayu yang disebut pintu, itupun tertutup rapat. Inilah waktu dimana aku merasa memilikiku, duniaku, aturanku dan kesendirianku yang takkan dapat dipersembahkan siang.

Saat sendiri inilah, aku dapat merasakan keberadaanku dalam kenangan yang kadang kubuat tanpa sengaja. Siang tadi, entah apa yang kupikirkan lalu kuperbuat, tapi yang jelas di malam harilah aku menemukan jawabannya. Semua yang sebenarnya tak terpikirkan dan tak terbayangkan, tapi mulai kulirik ketika malam menjamahku.

Aku lelah, sekarang pun saat sedang menulis ini, tubuhku terasa lelah. Tapi pikiranku lebih lelah jika harus dikunci mati dalam aktivitas rutin malam hari yang kita beri nama tidur. Sudahlah biar saja, aku tak ingin berusaha tidur. Lagipula, segelas nescafe masih belum kandas dari gelas, musik dari cd playerku juga masih bersedia menemaniku dalam penjara malam yang terlalu ambisius untuk tidak melepaskanku ke dalam pelukan dunia mimpi.

Ya sudahlah, aku memang telah menjadi simpanan malam yang harus pasrah dicumbuinya sepanjang perjalanan rembulan. Selama aku bisa dan menikmatinya, kenapa tidak ? Malam membawa keheningan yang membuatku dapat mengertiku, bukankah itu yang kucari ? Jadi biar saja aku menjadi malam, dan malam menjadi aku.
.
.::. ilova lagi kumat .::.

No comments: