TIME IS OVER .. !!!!


Pernah mengalami apa yang disebut dengan kekecewaan bodoh?
Kekecewaan bodoh adalah kekecewaan yang sesugguhnya tidak perlu terjadi. Sumbernya adalah harapan yang tidak realistis, ambisi yang tidak masuk akal, keinginan yang mustahil, ilusi dan impian di siang bolong. Jenis dari kekecewaan ini misalnya orang berharap semua orang akan sebaik dan setulus dirinya, ketika tiba-tiba dia mendapatkan orang lain tidak seperti itu maka dia akan kecewa (dalam buku Jansen H Sinamo “Mengubah Pasir Menjadi Mutiara”)
Nah, kekecewaan seperti itulah yang kadang kualami.
Hiks… kok aku bisa begitu ya ? apakah aku terlalu sering hidup dalam angan-angan?, seorang pemimpikah aku ?

Dan, siapa yang patut disalahkan kalau aku mengalami kekecewaan bodoh semacam itu? Orang yang membuat kita kecewakah?
Memang orang tersebut memiliki andil sekian persen atas kekecewaan itu, dan sisanya yang sekian persen adalah andil diri kita sendiri.

Kecewa terhadap diri sendiri nih ceritanya? Tentu saja, ini akibat dari tidak realistis tadi, dan akhirnya melakukan suatu kesalahan (lebih tepatnya merasa bersalah atas suatu perbuatan yang kulakukan).

Trus ketika tiba-tiba kita tersadar bahwa kita telah melakukan sebuah kesalahan, apa yang kita rasakan? Penyesalan yang tiada habisnya bukan?
Berhari-hari aku merenungi sebuah kesalahan yang pernah kulakukan, akibat ketololanku, ketidakberdayaanku dan orang mengambil kesempatan atas itu.
Andai saja waktu bisa diputar kembali, dan semua itu tak pernah terjadi.
Kalau aku seorang yang “kuat”, tentunya tidak ada orang yang akan mengambil kesempatan atas ketidakberdayaanku itu.
(Nah, lagi-lagi tidak realistis kan?)
Dan bagiku, sulit sekali memaafkan diri sendiri atas ketololan dan kesalahan yang kuperbuat. Sulit sekali.

Stress, sedih, otak dan hatiku beku , tidak bisa berpikir lagi, semuanya berhenti pada satu titik dan aku tidak bisa melakukan apa-apa.

Setelah merenungi apa yang terjadi selama berhari-hari ( tahu nggak sih sampai aku nggak doyan makan, bahkan kehilangan semangat), aku akhirnya menyimpulkan beberapa langkah yang harus kuambil, seperti kata Jansen, bahwa aku harus lebih realistis lagi dalam menghadapi hidup, belajar banyak-banyak tentang hukum alam. Toh tak ada makan gratis di dunia ini. Seseorang pasti akan membayarnya untukku, dan pada suatu hari pasti akan ditagihnya. Selain itu kayaknya aku perlu curiga pada apa saja yang begitu indah, terlalu muluk. Karena di belakangnya pasti ada penipuan (tapi aku juga nggak mau curiga buta, trus apa saja di curigai, orang yang benar-benar baik akan selalu ada).

Sekarang aku bisa merasakan suatu keadaan dimana hati dan pikiranku terasa sangat ringan, seperti kapas, tidak terbebani apapun, bisa memaafkannya walau aku telah tersakiti, tanpa orang tersebut meminta maaf (apa benar kasih itu mengampuni, memaafkan dan tidak membenci?). Telah kuhadapi rasa terlukaku dengan caraku sendiri.
Mungkin juga waktu yang telah membantuku.

Atas kesalahan yang pernah kuperbuat, bukankah aku layak untuk berubah, layak untuk membuka hati dan pikiranku lagi, layak untuk menyembuhkan diri sendiri dan layak untuk tidak dihukum selamanya?
Untuk itu, kini aku sedang mencoba lebih memahami apa yang terjadi agar bisa memaafkan diri sendiri.



Note : Menurut kamus Webster, kekecewaan diartikan sebagai satu perasaan yang terjadi karena menginginkan sesuatu tapi tidak mendapatkannya, atau mengharapkan sesuatu namun tidak terkabul.

* Maaf, kalau terus jadi pusing setelah baca postinganku yang ini*

.

No comments: